Huaaa!! Jam pelajaran terakhir sedang dilalui oleh seluruh siswa SMU The Winner dan biasanya disinilah konsentrasi mereka sudah mulai buyar. Mereka mulai memikirkan pulang dengan segala aktivitasnya. Masakan sang ibu di rumah seperti sudah tercium oleh mereka, ditambah panggilan springbed dan bantal membuat mereka sesekali menguap, plus cuaca yang panas menggerakan tangan mereka untuk mengipas-ngipas dengan buku ataupun kertas. Yaahh… gak salah sih kalo mereka kegerahan, walaupun tuh sekolah berada di pedesaan dan dekat dengan gunung (kampung gunung maksudnya) tapi gejala global warming sudah melanda, di dukung dengan tidak adanya kelas berAC ataupun kipas angin. Emang sih kebangetan kalau ruang kelas di sekolah RSBI nggak berAC apalagi nggak berkipas angin. Yaah..maklum, namanya juga sekolah Elit…Ekonomi suLit.
Walaupun AC-nya alias Angin Cepoi-cepoi mampir, tapi kejadiannya jaraaangg banget. Sekali lagi global warming sedang menuju pada tahap klimaks. So, save our world from global warming! Haaah! Maksud looh??
Bel tanda pulang berbunyi. Menciptakan semangat baru bagi siswa en siswi SMP The Winner terutama bagi 4 orang cowok yang punya nama Riko, Riki, Sandi dan Ruli, coz mereka sudah mempunyai agenda pergi hutan. Secara, besok kan tanggal merah jadi besok bisa tidur sepuasnya setelah hari ininya pergi ke hutan. Selain itu hari ini kayaknya gurunya mensupport mereka banget deh, soalnya hari ini belajarnya nggak full,so nambah-nambahin waktu mereka buat pergi ke hutan. Niatnya sih pergi ke hutan buat refreshing karena udah lama mereka gak refreshing. Tugas sekolah yang numpuk plus maraknya ulangan harian membuat mereka bertumpu pada pelajaran. Maklum mereka tuh siswa-siswa teladan di sekolahnya, walaupun kadang sedikit usil en bandel. Buktinya hari ini mereka gak hadir di mentoring skul, sebuah kegiatan untuk memperdalam islam.
Dengan tergesa-gesa en sedikit berlari mereka menuruni tangga, takut kepergok sama temens mentoringnya. Tapi sepandai-pandai tupai berlari eh melompat pasti bakalan jatuh juga. Liat aja deh apa yang terjadi sama mereka setelah ini. Simsalabim!!!
“Woooiii!!”teriakan seseorang menghentikan langkah mereka
“Siapa tuh? Perasaan kita belon nyampe di hutan, tapi udah ada yang teriak-teriak kayak orang utan ye.” Riki keheranan sambil mencari-cari sosok yang memanggil mereka
“Kalo mau kabur bilang-bilang kek.” Tiba-tiba salah satu teman mentoring mereka yang hidup dengan nama Radit udah ada di belakang mereka bersama satu temannya lagi yang udah ditakdirin namanya Arya.
Arya menjitak pelan kepala Radit,”kalo bilang-bilang namanya izin, bro bukan kabur.”
“Iya…iya. Tapi jangan jitak-jitakan dong. Udah di fitrahin nih. Elo berapa?2,5 kg kan? Gue 5 kg nih.” Protesnya membuat temen-temannya mesem-mesem.
“Aduuh…kita gak mentoring dulu deh!” Sandi ngeles
“Alasannya?” tanya Radit dan Arya hampir bersamaan.
Rul memberi isyarat dengan mengerdipkan matanya ke arah Riko agar ia memberi alasan yang tepat, yang dikerdipin gak ngerti maksudnya tapi setelah dipelototin sama Rul dia baru sadar.
“ Jadi gini sodara-sodara, secara kita kan orang sibuk nih, jadi kita udah punya jadwal sendiri yang membuat kita gak bisa mentoring.” Papar Riko didukung oleh ketiga temannya.
“ Up to you dah. Yang jelas kiamat udah dekat, bro, jadi IPTEK dan IMTAQ kita harus seimbang.” Ujar Radit dengan tampang seperti anggota DPR.”Jangan sampe kita yang ngejat-ngejar dunia, biarin aja tuh dunia yang ngejar kita.” Ceramahnya membuat teman-temannya serasa lagi mentoring.
“ Insya Allah! makasih ya nasehatnya.” Mereka langsung lari setelah berkata demikian. Membuat kedua temannya geleng-geleng kepala sambil menghembuskan nafasnya yang terakhir (eh? Enggak ding).
●●●●
Hanya membutuhkan satu jam mereka sudah sampai di desa . di desa itulah mereka bisa memasuki hutan yang katanya…Hiyyy…banyak pohonan (cuape dech). Dengan ditemani dua orang pemuda desa, membuat perjalanan mereka nggat sulit-sulit banget.
Mereka berjalan berhimpit-himpitan memasuki hutan tersebut, suasana yang sunyi di tambah suara-suara binatang membuat bulu kuduk mereka merinding. Riko yang biasanya cempreng plus suka teriak-teriakan, mulutnya seakan terkunci ketika memasuki hutan. Beda sama Riki yang biasanya berani kalo naik mobil sama supir pribadinya, kalo ngeliat mukanya sih tenang-tenang aja, tapi ternyata hatinya dag-dig-dug juga(jaim gitu). Beda Riki beda Sandi, dia enjoy aja tuh jalan di hutan soalnya dia punya pengalaman pergi ke hutan yang lebih menakutkan. Sedangkan Rul dari pertama masuk hutan mulutnya nggak berhenti komat-kamit.
“ Ada Mbah dukun…sedang ngobatin pasiennya..” saat teman-temannya berada pada suasana yang membuat hatinya terkecam, Sandi justru malah nyanyi.dia jadi geli sendiri melihat mulut Rul yang lagi komat-kamit.
“Konon katanya….”
“Ki Amat…lariiii…” dua pemuda desa tersebut berlari pontang-panting setelah melihat sesosok tubuh sedang mengintip.
“ Kiamat?” ujat mereka bersamaan dengan penuh tanya. Karena takut nyasar di hutan, mereka jadi ikutan berlari. Tanpa diketahui, sesosok makhluk mengikuti mereka.
●●●
Mereka terus berlari sampai ke tengah hutan, kata Ki Amat belum bisa dicerna dengan baik oleh keempat cowok tersebut.
“ Ki Amat udah dekat…cepetan…lariiii…” teriaknya lagi
Dengan ketakutan plus tanda tanya, mereka berlari sekencang-kencangnya. Sambil berlari mereka selingi dengan doa dalam hatinya.
” Ya Allah yang Penyayang, Riko mohon jangan Kiamat dulu. Dosa Riko masih numpuk tapi nggak seimbang sama pahala yang Riko punya” Doa Riko memelas sambil terus berlari mengikuti temannya.
” Ya Allah yang Penyayang, Riko mohon jangan Kiamat dulu. Dosa Riko masih numpuk tapi nggak seimbang sama pahala yang Riko punya” Doa Riko memelas sambil terus berlari mengikuti temannya.
“ Ya Robbana…dengan harap-harap cemas, Riki pinta supaya jangan kiamat dulu. Riki takut akan murka-Mu ya Robb.” Pinta Riki di dalam hatinya
“ Ya Allah…seandainya aku tau kalo hari ini kiamat, sungguh Ya Robb aku akan beribadah aja. Tapi sayang Engkau menutupunya dari hamba-hambamu agar kami selalu siap dengan amal kami untuk menghadapi kiamat tersebut. Baru kusadar betapa sombongnya aku ini Ya Allah..” giliran sandi yang berdo’a dengan tangis menyesalnya.
“ Ya Allah, padahal aku selalu menginginkan agar akhir hidupku dalam keadaan Khusnul khotimah. Betapa inginnya aku ya Allah..ingin..ingin sekali!” jerit hati Rul
Mereka semua berzikir dengan hatinya dengan mata terus berlinang.
Tiba-tiba teriakan Riko mengagetkan teman-temannya. Mereka mencari-cari Riko yang sebelumnya berlari paling belakang, tapi sekarang udah nggak kelihatan orangnya.
“ Riko lo dimana???” teriak teman-temannya
“ Gue jatuh di jurang nih. Help me!” Riko membalas teriakan
“ Jurang mana? Jurangmangu?” sandi bercanda lagi
“ Maju sepuluh langkah!” perintahnya seperti sedang mengomandai PBB. Mereka mengikuti perintah dari cs-nya dengan penuh tanda tanya. Setelah maju sembilan langkah mereka menemukan Riko sedang duduk di jurang. Eh? Jurang? Bukan. Tapi sebuah lubang yang dalamnya sepaha orang dewasa.
“ Jurang apaan sih Rik, kayak gini lo bilang jurang.” Protes Rul sebal dengan sikap lebainya Riko. Yang disebelin Cuma cengengesan aja. Dia kan sengaja jatuhin diri di lubang tersebut soalnya heran, kalo kiamat kenapa semuanya baik-baik aja ya. Dia pengen curhat ke teman-temannya tapi mereka terus aja lari. Riko berusaha mengen dalikan pertanyaannya hingga sampai di luar hutan. Kalau diliat dari tampangnya, kayaknya teman-temannya juga pada heran, soalnya nih bumi kagak kalang kabut.
Sampai di rumah pemuda yang bernama sirup, eh Surip, mereka nyerocos plus protes sama kedua remaja desa.
“ Kata kalian tadi kiamat, tapi mana..nggak ada tragedy apa-apa tuh. Malah semua baik-baik aja kecuali jantung gue nih yang udah kebat-kebit.” Riko protes pertama kali ditambah dengan bibir yang dimanyunin. Tapi emang manyun beneran sih gara-gara digigit lebah padahal dia udah bilang pahit…pahit. Maksudnya boong-boongin lebah kalau kulitnya pahit, tanpa dikasih tau juga lebahnya tau kale kalo Riko emang pahit. Ups! Afwan!
“ Tau nih, lagipula kalo kiamat tiba bukannya nih bumi udah nggak karuan, acak kadut, en karut marut. Tapi buktinya nggak tuh.”
“ Lagian juga, terjadinya hari kiamat tuh nggak ada yang tahu, pun Rosulullah sendiri.” Ceramah Rul. Yang mendapat protesan Cuma cengir-cengir nahan tawa.
“ Jadi gini lho, tadi kita bukan teriak Kiamat, tapi Ki Amat…KI.. AMAT.” Penjelasan Surip membuat keempat cowok yang tampangnya ok punya jadi melongo.
“ Ki Amat???” teriak mereka hampir bersamaan. Surip dan satu temannya menutup telinga keras-keras, pasalnya suara Riko yang cempreng membuat kuping ngiung-ngiung.
“ Oh…yang dimaksud Ki Amat bapak-bapak yang tadi ya?” tebak Sandi dan merasa yakin akan tebakannya itu.
“ Jadi gini ceritanya,” Surip mulai menjelaskan tanpa menjawab pertanyaan Sandi.” 7 tahun yang lalu…” Surip menerawang,”Ki Amat adalah orang terkaya didesa ini. Tapi sayang, kekayaan membuatnya sombong plus pelit bin medit bin kikir bin bakhil. Suatu malam rumahnya kebakaran, dia bisa menyelamatkan diri, tapi sayang, istri, anak serta harta benda yang selama ini dia tumpuk-tumpuk tidak bisa diselamatkan. Sejak saat itu dia mengasingkan diri ke hutan.” Jelasnya sambil melihat langit sore yang indah.
“ Emangnya dia gak tau apa kalo di hutanpun ada kebakaran. Padahal hutan di Indonesia kan paru-paru dunia, gimana coba kalo hutan di Indonesia kebakaran..Suasana jadi gersang, dunia kelabakan en global warming semakin meningkat. Bagaimana nasib The Next Generation if now generation not save our world. Apa kata dunia coba…so save our world from now!” Riko malahan gak nyambung. Teman-temannya yang udah capek ngadepin Riko Cuma bisa mengangguk pasrah walaupun sedikit gondok dan nyesel kenapa bisa ketemu sama temen kayak Riko. Rul beristighfar, Sandi mengusap dada sambil berkata dalam hati,” sabar Sandi ganteng, ngadepin orang kayak sekuteng tapi kamu tetep ganteng. Ho..ho” Sedangkan Riki tambah laper.
●●●●
Dalam perjalanan pulang, mereka hanya diam, tapi emang dasar nggak bisa diam, baru lima menit diam udah ngoceh lagi.
“ Kejadian di hutan ngingetin kita ya kalo kiamat emang udah dekat, tinggal gimana perbekalan kita untuk ke kampung akhirat.” Mula Rul yang perkataannya langsung diiyakan sama teman-temannya.
“ He..eh! lambat ataupun kilat kita akan ninggalin kampungan dunia.” Teman-temannya ngikik ngeliat Riko dengan tampang yang melas, tapi nggak menghilangkan wajah gantengnya. “Gue nyesel nggak ikut mentoring, padahal banyak ilmu agama yang kita dapat dari mentoring.” Ujar Riki dengan penuh sesal,” Nyesek hati gue…Nyesek….”
“ Buat apa kita Refreshing kalo membuat hati pedih.” Suara Riki yang sedih menandakan kalo hatinya merasa bersalah banget.”Ternyata hidup di jalan kebenaran indah ya…walaupun pikirin en fisik lelah, tapi Insya Allah ruh kita kuat. Perasaan yang beda banget dengan perasaan gue saat mentoring walopun gue lelah.”
Langit sore seolah ikut merasakan kepedihan yang dirasakan oleh keempat cowok itu.
“ Kiamat udah deketttt….” Tiba-tiba ada suara dari samping pak supir angkot, mereka berpandang-pandangan sambil mengerutkan dahinya. Orang yang disamping pak supir menoleh, ternyata mareka adalah Radit sama Arya. Angkot penuh dengan suara mereka.
“ Kiamat udah deket.”
“Kalo Ki Amat???”
“ Udah jauh kaleee…ha..ha… eh? Astaghfirullohal’azim..”
●●●
2008
Dede Al Khansa Avicena