Sabtu, 25 Juni 2011

Ki Amat Udah Dekat

Huaaa!! Jam pelajaran terakhir sedang dilalui oleh seluruh siswa SMU The Winner dan biasanya disinilah konsentrasi mereka sudah mulai buyar. Mereka mulai memikirkan pulang dengan segala aktivitasnya. Masakan sang ibu di rumah seperti sudah tercium oleh mereka, ditambah panggilan springbed dan bantal membuat mereka sesekali menguap, plus cuaca yang panas menggerakan tangan mereka untuk mengipas-ngipas dengan buku ataupun kertas. Yaahh… gak salah sih kalo mereka kegerahan, walaupun tuh sekolah berada di pedesaan dan dekat dengan gunung (kampung gunung maksudnya) tapi gejala global warming sudah melanda, di dukung dengan tidak adanya kelas berAC ataupun kipas angin. Emang sih kebangetan kalau ruang kelas di sekolah RSBI  nggak berAC apalagi nggak berkipas angin. Yaah..maklum, namanya juga sekolah Elit…Ekonomi suLit.
Walaupun AC-nya alias Angin Cepoi-cepoi mampir, tapi kejadiannya jaraaangg banget. Sekali lagi global warming sedang menuju pada tahap klimaks. So, save our world  from global warming! Haaah! Maksud looh??
Bel tanda pulang berbunyi. Menciptakan semangat baru bagi siswa en siswi SMP The Winner terutama bagi 4 orang cowok yang punya nama Riko, Riki, Sandi dan Ruli, coz mereka sudah mempunyai agenda pergi hutan. Secara, besok kan tanggal merah jadi besok bisa tidur sepuasnya setelah hari ininya pergi ke hutan. Selain itu hari ini kayaknya gurunya mensupport mereka banget deh, soalnya hari ini belajarnya nggak full,so nambah-nambahin waktu mereka buat pergi ke hutan. Niatnya sih pergi ke hutan buat refreshing karena udah lama mereka gak refreshing. Tugas sekolah yang numpuk plus maraknya ulangan harian membuat mereka bertumpu pada pelajaran. Maklum mereka tuh siswa-siswa teladan di sekolahnya, walaupun kadang sedikit usil en bandel. Buktinya hari ini mereka gak hadir di mentoring skul, sebuah kegiatan untuk memperdalam islam.
Dengan tergesa-gesa en sedikit berlari mereka menuruni tangga, takut kepergok sama temens mentoringnya. Tapi sepandai-pandai tupai berlari eh melompat pasti bakalan jatuh juga. Liat aja deh apa yang terjadi sama mereka setelah ini. Simsalabim!!!
“Woooiii!!”teriakan seseorang menghentikan langkah mereka
“Siapa tuh? Perasaan kita belon nyampe di hutan, tapi udah ada yang teriak-teriak kayak orang utan ye.” Riki keheranan sambil mencari-cari sosok yang memanggil mereka
“Kalo mau kabur bilang-bilang kek.” Tiba-tiba salah satu teman mentoring mereka yang hidup dengan nama Radit udah ada di belakang mereka bersama satu temannya lagi yang udah ditakdirin namanya Arya.
Arya menjitak pelan kepala Radit,”kalo bilang-bilang namanya izin, bro bukan kabur.”
“Iya…iya. Tapi jangan jitak-jitakan dong. Udah di fitrahin nih. Elo berapa?2,5 kg kan? Gue 5 kg nih.” Protesnya membuat temen-temannya mesem-mesem.
“Aduuh…kita gak mentoring dulu deh!” Sandi ngeles
“Alasannya?” tanya Radit dan Arya hampir bersamaan.
Rul memberi isyarat dengan mengerdipkan matanya ke arah Riko agar ia memberi alasan yang tepat, yang dikerdipin gak ngerti maksudnya tapi setelah dipelototin sama Rul dia baru sadar.
“ Jadi gini sodara-sodara, secara kita kan orang sibuk nih, jadi kita udah punya jadwal sendiri yang membuat kita gak bisa mentoring.” Papar Riko didukung oleh ketiga temannya.
“ Up to you dah. Yang jelas kiamat udah dekat, bro, jadi IPTEK dan IMTAQ kita harus seimbang.” Ujar Radit dengan tampang seperti anggota DPR.”Jangan sampe  kita yang ngejat-ngejar dunia, biarin aja tuh dunia yang ngejar kita.” Ceramahnya membuat teman-temannya serasa lagi mentoring.
“ Insya Allah! makasih ya nasehatnya.” Mereka langsung lari setelah berkata demikian. Membuat kedua temannya geleng-geleng kepala sambil menghembuskan nafasnya yang terakhir (eh? Enggak ding).
●●●●
      Hanya membutuhkan satu jam mereka sudah sampai di desa . di desa itulah mereka bisa memasuki hutan yang katanya…Hiyyy…banyak pohonan (cuape dech). Dengan ditemani dua orang pemuda desa, membuat perjalanan mereka nggat sulit-sulit banget.
      Mereka berjalan berhimpit-himpitan memasuki hutan tersebut, suasana yang sunyi di tambah suara-suara binatang membuat bulu kuduk mereka merinding. Riko yang biasanya cempreng plus suka teriak-teriakan, mulutnya seakan terkunci ketika memasuki hutan. Beda sama Riki yang biasanya berani kalo naik mobil sama supir pribadinya, kalo ngeliat mukanya sih tenang-tenang aja, tapi ternyata hatinya dag-dig-dug juga(jaim gitu). Beda Riki beda Sandi, dia enjoy aja tuh jalan di hutan soalnya dia punya pengalaman pergi ke hutan yang lebih menakutkan. Sedangkan Rul dari pertama masuk hutan mulutnya nggak berhenti komat-kamit.
“ Ada Mbah dukun…sedang ngobatin pasiennya..” saat teman-temannya berada pada suasana yang membuat hatinya terkecam, Sandi justru malah nyanyi.dia jadi geli sendiri melihat mulut Rul yang lagi komat-kamit.
“Konon katanya….”
“Ki Amat…lariiii…” dua pemuda desa tersebut berlari pontang-panting setelah melihat sesosok tubuh sedang mengintip.
“ Kiamat?” ujat mereka bersamaan dengan penuh tanya. Karena takut nyasar di hutan, mereka jadi ikutan berlari. Tanpa diketahui, sesosok makhluk mengikuti mereka.
●●●
      Mereka terus berlari sampai ke tengah hutan, kata Ki Amat belum bisa dicerna dengan baik oleh keempat cowok tersebut.
“ Ki Amat udah dekat…cepetan…lariiii…” teriaknya lagi
Dengan ketakutan plus tanda tanya, mereka berlari sekencang-kencangnya. Sambil berlari mereka selingi dengan doa dalam hatinya.
” Ya Allah yang Penyayang, Riko mohon jangan Kiamat dulu. Dosa Riko masih numpuk tapi nggak seimbang sama pahala yang Riko punya” Doa Riko memelas sambil terus berlari mengikuti temannya.
“ Ya Robbana…dengan harap-harap cemas, Riki pinta supaya jangan kiamat dulu. Riki takut akan murka-Mu ya Robb.” Pinta Riki di dalam hatinya
“ Ya Allah…seandainya aku tau kalo hari ini kiamat, sungguh Ya Robb aku akan beribadah aja. Tapi sayang Engkau menutupunya dari hamba-hambamu agar kami selalu siap dengan amal kami untuk  menghadapi kiamat tersebut. Baru kusadar betapa sombongnya aku ini Ya Allah..” giliran sandi yang berdo’a dengan tangis menyesalnya.
“ Ya Allah, padahal aku selalu menginginkan agar akhir hidupku dalam keadaan Khusnul khotimah. Betapa inginnya aku ya Allah..ingin..ingin sekali!” jerit hati Rul
      Mereka semua berzikir dengan hatinya dengan mata terus berlinang.
Tiba-tiba teriakan Riko mengagetkan teman-temannya. Mereka mencari-cari Riko yang sebelumnya berlari paling belakang, tapi sekarang udah nggak kelihatan orangnya.
“ Riko lo dimana???” teriak teman-temannya
“ Gue jatuh di jurang nih. Help me!” Riko membalas teriakan
“ Jurang mana? Jurangmangu?” sandi bercanda lagi
“ Maju sepuluh langkah!” perintahnya seperti sedang mengomandai PBB. Mereka mengikuti perintah dari cs-nya dengan penuh tanda tanya. Setelah maju sembilan langkah mereka menemukan Riko sedang duduk di jurang. Eh? Jurang? Bukan. Tapi sebuah lubang yang dalamnya sepaha orang dewasa.
“ Jurang apaan sih Rik, kayak gini lo bilang jurang.” Protes Rul sebal dengan sikap lebainya Riko. Yang disebelin Cuma cengengesan aja. Dia kan sengaja jatuhin diri di lubang tersebut soalnya heran, kalo kiamat kenapa semuanya baik-baik aja ya. Dia pengen curhat ke teman-temannya tapi mereka terus aja lari. Riko berusaha mengen dalikan pertanyaannya hingga sampai di luar hutan. Kalau diliat dari tampangnya, kayaknya teman-temannya juga pada heran, soalnya nih bumi kagak kalang kabut.
      Sampai di rumah pemuda yang bernama sirup, eh Surip, mereka nyerocos plus protes sama kedua remaja desa.
“ Kata kalian tadi kiamat, tapi mana..nggak ada tragedy apa-apa tuh. Malah semua baik-baik aja kecuali jantung gue nih yang udah kebat-kebit.” Riko protes pertama kali ditambah dengan bibir yang dimanyunin. Tapi emang manyun beneran sih gara-gara digigit lebah padahal dia udah bilang pahit…pahit. Maksudnya boong-boongin lebah kalau kulitnya pahit, tanpa dikasih tau juga lebahnya tau kale kalo Riko emang pahit. Ups! Afwan!
“ Tau nih, lagipula kalo kiamat tiba bukannya nih bumi udah nggak karuan, acak kadut, en karut marut. Tapi buktinya nggak tuh.”
“ Lagian juga, terjadinya hari kiamat tuh nggak ada yang tahu, pun Rosulullah sendiri.” Ceramah Rul. Yang mendapat protesan Cuma cengir-cengir nahan tawa.
“ Jadi gini lho, tadi kita bukan teriak Kiamat, tapi Ki Amat…KI.. AMAT.” Penjelasan Surip membuat keempat cowok yang tampangnya ok punya jadi melongo.
“ Ki Amat???” teriak mereka hampir bersamaan. Surip dan satu temannya menutup telinga keras-keras, pasalnya suara Riko yang cempreng membuat kuping ngiung-ngiung.
“ Oh…yang dimaksud Ki Amat bapak-bapak yang tadi ya?” tebak Sandi dan merasa yakin akan tebakannya itu.
“ Jadi gini ceritanya,” Surip mulai menjelaskan tanpa menjawab pertanyaan Sandi.” 7 tahun yang lalu…” Surip menerawang,”Ki Amat adalah orang terkaya didesa ini. Tapi sayang, kekayaan membuatnya sombong plus pelit bin medit bin kikir bin bakhil. Suatu malam rumahnya kebakaran, dia bisa menyelamatkan diri, tapi sayang, istri, anak serta harta benda yang selama ini dia tumpuk-tumpuk tidak bisa diselamatkan. Sejak saat itu dia mengasingkan diri ke hutan.” Jelasnya sambil melihat langit sore yang indah.
“ Emangnya dia gak tau apa kalo di hutanpun ada kebakaran. Padahal hutan di Indonesia kan paru-paru dunia, gimana coba kalo hutan di Indonesia kebakaran..Suasana jadi gersang, dunia kelabakan en global warming semakin meningkat. Bagaimana nasib The Next Generation if now generation not save our world. Apa kata dunia coba…so save our world from now!” Riko malahan gak nyambung. Teman-temannya yang udah capek ngadepin Riko Cuma bisa mengangguk pasrah walaupun sedikit gondok dan nyesel  kenapa bisa ketemu sama temen kayak Riko. Rul beristighfar, Sandi mengusap dada sambil berkata dalam hati,” sabar Sandi ganteng, ngadepin orang kayak sekuteng tapi kamu tetep ganteng. Ho..ho” Sedangkan Riki tambah laper.
●●●●
      Dalam perjalanan pulang, mereka hanya diam, tapi emang dasar nggak bisa diam, baru lima menit diam udah ngoceh lagi.
“ Kejadian di hutan ngingetin kita ya kalo kiamat emang udah dekat, tinggal gimana perbekalan kita untuk ke kampung akhirat.” Mula Rul yang perkataannya langsung diiyakan sama teman-temannya.
“ He..eh! lambat ataupun kilat kita akan ninggalin kampungan dunia.” Teman-temannya ngikik ngeliat Riko dengan tampang yang melas, tapi nggak menghilangkan wajah gantengnya. “Gue nyesel nggak ikut mentoring, padahal  banyak ilmu agama yang kita dapat dari mentoring.” Ujar Riki dengan penuh sesal,” Nyesek hati gue…Nyesek….”
“ Buat apa kita Refreshing kalo membuat hati pedih.” Suara Riki yang sedih menandakan kalo hatinya merasa bersalah banget.”Ternyata hidup di jalan kebenaran indah ya…walaupun pikirin en fisik lelah, tapi Insya Allah ruh kita kuat. Perasaan yang beda banget dengan perasaan gue saat mentoring walopun gue lelah.”
      Langit sore seolah ikut merasakan kepedihan yang dirasakan oleh keempat cowok itu.
“ Kiamat udah deketttt….” Tiba-tiba ada suara dari samping pak supir angkot, mereka berpandang-pandangan sambil mengerutkan dahinya. Orang yang disamping pak supir menoleh, ternyata mareka adalah Radit sama Arya. Angkot penuh dengan suara mereka.
“ Kiamat udah deket.”
“Kalo Ki Amat???”
“ Udah jauh kaleee…ha..ha… eh? Astaghfirullohal’azim..”
●●●
 2008
Dede Al Khansa Avicena

 

Suasana Romantis di Istana Bogor (Dede Ela Triana)


Kamis, 5 Mei 2011. Hari dimana kami – siswa SMP/SMA Islam Madinatul Ilmi – melakukan perjalanan ke daerah Bogor. Tempat yang akan kami kunjungi adalah Museum PETA (Pembela Tanah Air), Istana Bogor, dan Museum Zoology.
Sebelum melakukan perjalanan, kami mengadakan briefing dulu yang dipimpin oleh Kepala Sekolah dan Direktur sekolah kami.
Tepat pukul 7.30, kamipun diberangkatkan. Dengan mengucap basmalah, kami langkahkan kaki-kaki kami dengan niat beribadah kepada Allah. Ya, kini saatnya kami belajar di alam terbuka. Yang tidak dibatasi dengan dinding-dinding pembatas, yang tidak belajar hanya berdasar teori, yang tidak harus duduk manis di atas kursi mendengarkan penjelasan guru. It’s time to back to nature!
Bis yang kami tumpangi berjalan dengan gagahnya, mengantarkan para pewaris-pewaris tahta peradaban menuju tempat bersejarah. Agar dapat manyambut tongkat estafet kepemimpinan tersebut salah satunya dengan tidak melupakan sejarah bangsanya.
Di perjalanan, kami tak menyia-nyiakan waktu untuk berpose ria, ada yang asyik melihat pemandangan jalan. Sebagian ada yang khusu’dengan makanannya, sebagian lain terpukau dalam lantunan lagu yang dilihat dan didengar dari TV bis yang kami naiki. Tak ada yang sedih terpaku, semua siswa memancarkan rona wajah ceria.
Perjalanan sempat dilanda kemacetan. Semua maklum, Jakarta tak bisa lepas dari kata macet. Hampir di setiap ruas jalan terjadi kemacetan. Kami yang biasa kesal dengan kemacetan, kali ini mencoba untuk bersahabat bersama kemacetan tersebut. Bukan. Bukan karena kami senang jika macet tiba, tapi saat ini hati kami sedang bahagia bersama teman-teman tercinta. Tapi, sepertinya sang supir sangat tidak menginginkan kehadiran kemacetan tersebut meskipun kami tahu dia sudah terbiasa dengan kemacetan ini. Tenang, Pak! suatu saat ketika kami memimpin tak ada lagi kemacetan. Kami tidak perlu melakukan pelebaran jalan yang membuat rakyat kecil merana karena tempat tinggal mereka diratakan. Cukup dengan memberi satu orang satu pintu Doraemon, haha…Dengan semboyan “ ONE MAN, ONE DOOR.” Dengan begitu, tak ada lagi kemacetan.
Tak terasa, perjalanan yang lumayan panjang telah mengantarkan kami ke kota hujan. Terbukti ketika kami memasuki area kota Bogor, kami disambut dengan siraman hujan dari langit. Ketika kami bertanya pada seorang pedagang, apa setiap hari selalu hujan? Jawabannya justru katanya sudah tiga hari yang lalu panas terus dan tidak hujan. Ah…beruntunglah, Pak, kedatangan kami disini membawa berkah bagi penduduk Bogor. Haha…
Melangkah ke tujuan pertama yaitu Museum PETA. Kami disambut ramah oleh petugas museum tersebut. Ternyata selain kami, ada juga pengunjung lain yaitu anak-anak TK. Malunya kami ketika melihat anak-anak TK tersebut sangat mudah diatur. Namanya juga anak-anak…* ngeles mode on.
Anak TK tersebut dibimbing duluan untuk masuk ke dalam museum. Padahal yang datang kami duluan. Ya, sebagai anak SMA yang bijaksana, kami menerimanya dengan lapang dada ( jiaaahh…). Tapi tenang, pemandu museum tak membiarkan kami tinggal diam. Dia memberi kami penjelasan tentang relief-relief yang terdapat di dinding tepat terlihat ketika kami memasuki area museum tersebut tapi bukan di dalamnya.
Tak perlu menunggu lama untuk melihat bagian dalam meuseum tersebut karena anak-anak TK hanya melihat sebentar. Kami pun dipersilahkan memasuki museum. Di dalam museum, kami melihat ada banyak diorama yang terpajang. Dengan sabar, pemandu menjelaskan satu per satu diorama tersebut.
Perasaan kami campur aduk mendengar penjelasan pemandu kami. Antara terharu, bangga, kecewa dan geram dengan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Jepang. Di satu sisi, kami bangga menjadi bangsa Indonesia, kami bangga memiliki pahlawan-pahlawan yang rela menyerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk membebaskan bumi pertiwi dari cengkraman penjajah. Namun disisi lain kami malu, malu dengan generasi saat ini yang tidak menghargai jasa para pahlawan mereka dengan menindas sendiri rakyatnya. Sebagian pejabat-pejabat negri ini yang katanya berpendidikan tinggi namun rendah moral. Malu kami pada diri sendiri, yang tidak mengisi kemerdekaan bangsa kami dengan hal-hal yang positif. Malu kami pada mereka yang telah mengorbankan semuanya, sedangkan kami?? Apa yang sudah kami berikan untuk tanah air kami ini? Teringat kami akan perkataan seorang proklamator bahwa jangan tanyakan apa yang sudah Negara berikan untukmu? Tapi tanyakanlah pada dirimu, apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu?
Belum puas kami menyelami lika-liku perjuangan para pahlawan kami, kami harus segera berangkat menuju Istana Bogor. Sialnya, mobil kami diparkirkan agak jauh dari Istana, terlebih lagi cuaca hujan saat kami hendak berangkat menuju Istana Bogor. Tapi, dengan semangat ’45 kami tetap berjalan menuju istana. Tak mau kalah dengan semangat para pahlawan dahulu meski saat ini kondisinya berbeda. Dahulu, mereka berjuang melawan penjajah, tapi kini kami mempersiapkan diri dan ikut serta membangun masyarakat. ( kok jadi kayak bunyi Tri Satya sih?). letih tubuh dalam perjalanan, saat hujan dan badai merasuki badan. Namun jiwa harus tetap bertahan, karena jalan yang dillalui masih panjang.
Sesampainya kami di Istana Bogor, kami mendapat teguran dari bapak penjaga keamanan luar.
“ Kenapa gak nunggu sampai hujan berhenti?” tegurnya dengan nada kecewa.
Yee...si Bapak, mau nunggu sampai kapan? Lha wong hujannya tak kunjung henti. Lagipula kami hanya menjalankan titah suci dari guru agar tetap melanjutkan perjalanan karena kita harus komitmen pada jadwal yang telah dibuat.
Meski begitu, kami tetap disambut hangat oleh pemandu istana Bogor yang bernama Bapak Subagyo. Kami disambut di gedung sayap kiri. Disini beliau menjelaskan semua tentang Istana Bogor, dari mulai pertama kali dibangun, ruangan-ruangannya juga fungsi dari ruangan tersebut. Berikut penjelasan dari Bapak Subagyo.
Istana Bogor adalah salah satu dari enam Istana kepresidenan yang bernuansa romantic. Mempunyai sejarah tersendiri. Dahulu istana Bogor bernama Buitenzorg yang artinya “tanpa kekhawatiran”. Sejak tahun 1870-1942 Istana Bogor menjadi tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jendral Belanda dan 1 orang Jendral Inggris.
Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus tahun 1744 dan berbentuk tingkat tiga. Seiring waktu, perubahan istana ini dilakukan selama masa Gubernur Jendral Belanda ataupun Inggris( Herman William Daendels dan Sir Stamford Rafless). Luas halamannya mencapai 28.4 hektar dan luas bangunannya 14.892 m2. Istana Bogor mempunyai bangunan induk dengan sayap kiri dan sayap kanan. Keseluruhan kompleks istana mencapai luas 1,5 hektar.
Tahun 1968, Istana Bogor resmi dibuka untuk umum atas izin Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negri setahunnya mencapai 10.000 orang!
Kami akan mengajak kalian ikut serta ke ruangan-ruangan istana Bogor.
Gedung Induk
Terdiri dari beberapa ruangan yaitu:
-          Ruang Garuda: Berfungsi sebagai ruang resepsi. Disini juga terjadi pertemuan-pertemuan besar. Kenapa dinamakan ruang garuda? Karena kalian akan melihat dengan jelas sebuah patung burung garuda yang terpampang di dindingnya. Kalian dilarang memotret disini. Entah apa maksudnya padahal kami ingin sekali sekedar duduk-duduk di kursi yang melingkar di ruangan ini. Siapa tahu kami kecipratan pintarnya. Bukankan yang duduk disini adalah para pejabat-pejabat Negara?? Asal tidak kecipratan yang jelek-jeleknya saja.
-          Ruang Teratai: Dinamakan ruang teratai karena terpampang lukisan teratai di dinding ruangan ini. Berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu.
-          Ruang Film: Ruang ini mrnjadi ruang khusus memutar film pada masa kepresidenan Soekarno.
-          Ruang Makan: Dari namanya saja kita sudah menduga bahwa ruangan ini adalah ruangan makan.
-          Ruang kerja: Berfungsi sebagai tempat kerja Presiden Soekarno.
-          Ruang Perpustakaan: Berfungsi sebagai ruang baca Presien Soekarno.
-          Ruang Famili dan kamar tidur: Sebagai tempat/ ruang tunggu presiden jika akan mengikuti acara di ruang Garuda.
-          Ruang tunggu mentri: sebagai tempat para mentri menunggu jika mereka hendak mengikuti acara di ruang Garuda.
 Nah, di Istana Bogor juga kita menemukan sebuah keajaiban yang menakjubkan. Dimana disini ada “ Kaca Seribu” yang ketika kita berkaca, bayangan diri kita ada banyak. Jadi gak perlu kaget untuk yang belum tahu.

Ruang Utama Sayap Kiri.
Ruanagan ini adalah ruangan pertama kali kami disambut oleh Bapak Subagyo. Terdiri dari dua ruang. Di antaranya:
-          Ruang Panca Negara: Disinalah pernah berlangsung Konferensi Panca Negara/ Persiapan Konferensi Asia-Afrika di Bandung.
-          Ruang Tidur atau Ruang Tengah: Berfunsi sebagai tempat menginap presiden, tamu Negara, dan tamu agung lainnya. Jadi tidak perlu untuk menyewa hotel kalau ada tamu-tamu penting dating ke Negara kita. Setidaknya dapat mengurangi anggaran biaya Negara karena menyewa hotel dan fasilitas lainnya.

Ruang Utama Sayap Kanan
            Berfungsi sebagai tempat menginap para presiden sebagai tamu Negara dan tamu lainnnya.

Nah, selain menjelaskan tentang ruangan di Istana Bogor, Bapak Subagyo tidak lupa untuk menjelaskan tentang pernak-pernik yang terdapat di Istana Bogor. Istana Bogor memiliki 450 lukisan yang kebanyakan dilukis oleh pelukis Indonesia( Basuki Abdullah), Pelukis Rusia ( Makowski dan Ernest Dezentje).
Selain itu, terdapat 360 patung di istana ini. Banyak ya!
            Setelah puas berkeliling ruangan dalam istana, saatnya kami melihat luar istana. Ada danau yang luas, 850 rusa yang sedang memakan rumput sekitar Istana. Waahh…sepertinya mereka tak perlu susah-susah lagi memotong rumput karena ada rusa yang siap memakannya. Konon, rusa-rusa itu pertama kali didatangkan dari Nepal. Jadi itu alasannya kenapa Istana Bogor ini terkenal dengan suasana romantisnya. Sepertinya kami tak pernah puas untuk mengunjungi Istana Bogor ini. Ingin rasanya setiap hari bermain disini. Boleh juga buat main bola, laying-layang, galaxin, petak umpet, dan permainan tradisional lainnya.
Tapi apa daya, toh pada akhirnya kami harus tetap meninggalkan istana ini dengan berpose bersama. Cheers!
            Hujan sudah agak reda ketika kami meninggalkan Istana Bogor. Oya, kalian mau tau kenapa kita dilarang  mengambil gambar di sekitar area dalam Istana. Menurut Pak Bachtiar, salah satu penjaga Keamanan dalam. Kita dilarang memotret karena ada barang-barang di dalam istana tersebut yang bukan dinilai dari harganya, tapi dari sejarahnya. Selain itu, ada barang-barang yang sangat sensitive terhadap cahaya blitz yang jika terkena cahaya blitz maka akan melunturkan warna barang-barang tersebut. Jadi, gak perlu kesal atau marah-marah karena tidak bias eksis di dalam istana Bogor toh itu semua untuk kebaikan Negara kita tercinta.
Selanjutnya mari kita berkeliling di museum Zoology.
Kami harus kembali bersabar rupanya saat jalan menuju Museun Zoology karena lagi-lagi kami harus jalan jauh dari parkiran mobil menuju museum. Tak apa. Kami masih haus akan ilmu (semoga saja…).Hujan belum mau bersahanbat dengan kami. Dia masih saja mengguyur kami dengan teganya. Semoga hujan ini memberi kebermanfaatan.
Setelah menyusuri jalan, melayari samudra, merentas benua.halaah…sampailah kami di Kebun Raya Bogor. Kok kebun raya? Tenang sob, kami Menganut peribahasa sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui.hehe… Maksudnya sekali jalan dapat dua tempat. Ya, Museum Zoology ini ada di area Kebun Raya.
Huff…sepertinya kesabaran kami harus kembali di uji karena untuk sampai ke Museum Zoology kami harus berjalan beberapa meter. Ya sudahlah…
Singkat cerita, sampailah kami di Museum Zoology. Tidak seperti di Museum PETA dana Istana Bogor, disini tak ada pemandunya. Bukan todak ada, mungkin dia sedang ada urusan lain* husnuzhan di segala keadaan. Wkkz…tak apa, toh kita masih tetapmengetahui tentang museum tersebut. Oya sobat, kalian tahu kan museum zoology itu apa? Yaup! Seratuss buat jawabannya benar. Dari namanya saja kita sudah mengetahui bahwa museum ini adalah museum yang mengupas tentang binatang. Zoo yang artinya binatang. Logy atau logos yang artinya ilmu. Jadi museum yang di dalamnya mempelajari tentang ilmu kebinatangan (weizz…).
Semua jenis binatang yang di awetkan ada disini. Yaa..mirip-mirip dengan kebun binatang di Jakarta lah..Cuma bedanya kalau kebun binatang yang diperlihatkan adalah bintang aslinya sedangkan museum zoology hanya sekedar Replika binatang tersebut atau binatang yang sudah di awetkan. Tak terlalu menarik tapi sangat memberi kami pengetahuan baru karena ternyata masih banyak binatang-binatang di semesta ini yang belum kami ketahui yang akhirnya dapat kami ketahui disini.
Tentu saja bagian paling menarik adalah ketika kami berpose ria. Tentunya kami tak boleh melewatkan momen berharga untuk berpose bersama hewan-hewan yang belum tentu kami dapat berpose dengan hewan aslinya.
Karena sudah merasa capek dan muka agak kucel, kami harus melaksanakn sholat Zuhur di musollah yang berdekatan dengan museum tersebut. Sebelumnya kami sempat melihat tulang ikan paus yang dibentuk mengikuti tubuh ikan paus. Besarnya…jadi ingat kisah Nabi Yunus yang hidup di dalam perut ikan paus selama 3 hari. Subhanallah…
Ayo kita sholat Zuhur terlebih dahulu!
***
kami bersantai-santai agak lama di museum Zoology. Sekedar membeli makanan padahal sejam yang lalu kami sudah makan. Tak apa, apalagi hujan-hujan seperti ini kayaknnya enak kalau makan Pop Mie. Selamat makan!
***
Jam 14.30 kami dibebaskan untuk melihat-lihat sekeliling Kebun Raya Bogor dan harus kumpul di pintu keluar pukul 16.30. yuhuuu…senangnya. Akhirnya bebas juga dari pengawasan guru. Haha…
Sebagian besar dari kami berkeliling melintasi Kebun Raya. Suasana sepi karena selain saat itu bukan musim liburan, cuaca pun sedang gerimis. Lagi pula suasana yang seperti ini menebarkan hawa-hawa mistic bagi pengunjungnya.* lebay…
Di antara kami ada yang ikut ustad Zamroni berkeliling dengan mobilnya. Lumayan…daripada naik mobil bayar 15.000 mngelilingi Kebun Raya. Ada juga yang sedang ngerujak di tepian danau. Ternyata mereka membawa buah-buahan, sambel dan pisau dari rumah, kawan! Ckck…niat banget pengen ngerujak di Bogor. Padahal kan dilarang membawa benda tajam. Tenang, Pak, Bu…pisaunya gak tajam kok! Wkwkzz…
Sesuai perjanjian, pukul 16.30 kami harus sudah berada di pintu keluar setelah sebelumnya sholat Ashar terlebih dahulu. Untunglah bis kami sudah stand by, jadi kami tak perlu berjalan jauh lagi menuju tempat parkiran bis yang sangat jauh.
Dengan berat hati, kami meninggalkan kota Bogor yang penuh kenangan meski Cuma sehari.
***
Di perjalanan pulang kami tetap overaktif. Tak ada tanda-tanda kehabisan energi karena seharian bersenang-senang sambil hujan-hijanan di Kota Bogor. Seperti berangkat, aktivitas kami bermacam-macam di dalam bis. Ada yang belum puas bernarsis-narsis ria, ada yang duet bernyanyi, ada yang tidur karena kelelahan, ada juga yang sedang menatap jalan. Kami baru sadar, betapa kontrasnya perbedaan Bogor dengan Jakarta. Salah satunya adalah ketika kami melihat sepanjang jalan tol di kota Bogor, di tepian jalan tol tersebut adalah pepohonan yang rindang juga sawah pertanian. Sedangkan ketika kami sampai di Jakarta, sepanjang jalan tol terseut adalah gedung-gedung pencakar langit yang berlomba-lomba menampakkan kemewahan. Gaya gedungngnya yang angkuh menyimpan berjuta kesenjangan sosial. Rakyat atas, menengah dan bawah. Sangat kontras perbedaannya. Rakyat kelas atas yang hidup berlimpah harta juga rakyat kelas bawah yang tidurpun beratap langit dan hanya beralaskan Koran.
Bagaimanapun mereka menunggu hadirnya seorang pemimpin yang mampu membawa sebuah perubahan kepada yang lebih baik. Bukan begitu, kawan?
Ok! Perjalanan yang hanya sebentar namun penuh makna. Jalan yang kita tempuh tak berakhir disini, kawan. Tapi sangat panjang dan mungkin sangat melelahkan. Tetap cemungudh!! \^o^/


_Study tour report_



Jumat, 24 Juni 2011

Sepotong Episode Masa LDKS

Assalamu’alaikum…
Hehe…maap yee kalo judulnya agak-agak lebay gimana gitu. Tapi tenang aja, ceritanya juga gak kalah lebay kok. Haha..
Ok, ready?! Yes!! Noo…! Yes aja deh…Sip? Okeh? Sepakat??! Iye…lama lo! Pletak!* adaw…
1……
2……
3……
                Di sebuah kota yang erkenal dengan nama Tangerang selatan, lebih tepat lagi di Provinsi Banten, kalo mau lebih lengkap lagi di Kecamatan Ciputat Timur. Mau lebih lengkap lagi?? Ckckc…* sambil geleng-geleng kepala. Salah satu sifat manusia emang gak pernah marasa puas. For further information koling polisi setempat ye…
                Di daerah ini hiduplah sepasang lembaga pendidikan ( nape jadi kayak legenda gini?? ) yg terdiri dari SMP dan SMA yang diberi nama SMP&SMA Islam Madinatul ‘Ilmi. Sekolah ini adalah 3 bersaudara yang terdiri dari SD, SMP, dan SMA.
                Seiring berjalannya waktu…(ciee…) merekapun tumbuh menjadi lembaga yang mempesona. Merasa lebih besar, kedua kakak yaitu SMP&SMA bermaksud mengadakan ajang kepemimpinan siswa yang biasa disebut LDK alias Lebay Deh Kamu! Hehe…maksudnya, Latihan Dasar Kepemimpinan.
                Saat upacara berlangsung, Pak Rudi—Pembina OSIS—mengumumkan perihal tersebut. Kontan banyak murid yang bersorak kesenengan. Dikira mau tamasya…
                Namun, seorang siswi yang dari segi manapun terlihat anggun, manis, kiyut, mempesona…( ciee..ciee…) terlihat sedang termenung. Tampangnya yang jenius dan religious membuat siapapun yang memandang serasa sedang berada di bawah pohon…( pohon beringin maksudnya…haha!) sejuk…teduh…damai…( jiaaah…mentang2 yg bikin dirinya, jadi muji2 sendiri.)
                “ Dede Ela, ente ikut LDKS?” tanya teman besarnya yang beridir di sampingnya.
                Oooh…ternyata nama cewek anggun nan mempesona itu Dede Ela.
                “ Hah? Heh? Ape?” pura-puranya lemot, padahal emang dasarnya lemot. Jiaah…anggun-anggun lemot, “ Oh, LDKS. Yaa, pasti dong, eh Insya Allah,” ralatnya buru-buru. Iya dong Insya Allah. Kita kan gak tau apa yang akan terjadi esok hari bahkan sejam atau semenit kemudian. Bukankah semuanya ada dalam Kuasa-Nya? Betul  gak??
                Keesokan harinya, setelah belajar dan solat zuhur berjamaah, para peserta LDKS pun dikumpulkan di lapangan untuk briefing terlebih dahulu. Bentar…bentar…tadi katanya setelah belajar? Jadi tetap belajar gitu?? Iyalah…pastinya. Walaupun ada acara, KBM tetap berlangsung. Titik.
                Merasa pengarahan telah cukup, peserta pun diberangkatkan setelah sebelumnya berdoa terlebih dahulu. Sebagian ada yang naik metro, sebagian ada yang naik angkot yang disewa oleh sekolah. Bagi sebagian murid, naik angkot apalagi desak-desakan merupakan siksaan tersendiri, tapi bagi kelas X, Naik bajaj pun berasa lagi naik mercy! Haha…entah apa karena kebersamaan begitu indah, tau memang kelas X nya aja yang rada2 stress…

nyambung lain kaliii....