Sabtu, 25 Juni 2011

Suasana Romantis di Istana Bogor (Dede Ela Triana)


Kamis, 5 Mei 2011. Hari dimana kami – siswa SMP/SMA Islam Madinatul Ilmi – melakukan perjalanan ke daerah Bogor. Tempat yang akan kami kunjungi adalah Museum PETA (Pembela Tanah Air), Istana Bogor, dan Museum Zoology.
Sebelum melakukan perjalanan, kami mengadakan briefing dulu yang dipimpin oleh Kepala Sekolah dan Direktur sekolah kami.
Tepat pukul 7.30, kamipun diberangkatkan. Dengan mengucap basmalah, kami langkahkan kaki-kaki kami dengan niat beribadah kepada Allah. Ya, kini saatnya kami belajar di alam terbuka. Yang tidak dibatasi dengan dinding-dinding pembatas, yang tidak belajar hanya berdasar teori, yang tidak harus duduk manis di atas kursi mendengarkan penjelasan guru. It’s time to back to nature!
Bis yang kami tumpangi berjalan dengan gagahnya, mengantarkan para pewaris-pewaris tahta peradaban menuju tempat bersejarah. Agar dapat manyambut tongkat estafet kepemimpinan tersebut salah satunya dengan tidak melupakan sejarah bangsanya.
Di perjalanan, kami tak menyia-nyiakan waktu untuk berpose ria, ada yang asyik melihat pemandangan jalan. Sebagian ada yang khusu’dengan makanannya, sebagian lain terpukau dalam lantunan lagu yang dilihat dan didengar dari TV bis yang kami naiki. Tak ada yang sedih terpaku, semua siswa memancarkan rona wajah ceria.
Perjalanan sempat dilanda kemacetan. Semua maklum, Jakarta tak bisa lepas dari kata macet. Hampir di setiap ruas jalan terjadi kemacetan. Kami yang biasa kesal dengan kemacetan, kali ini mencoba untuk bersahabat bersama kemacetan tersebut. Bukan. Bukan karena kami senang jika macet tiba, tapi saat ini hati kami sedang bahagia bersama teman-teman tercinta. Tapi, sepertinya sang supir sangat tidak menginginkan kehadiran kemacetan tersebut meskipun kami tahu dia sudah terbiasa dengan kemacetan ini. Tenang, Pak! suatu saat ketika kami memimpin tak ada lagi kemacetan. Kami tidak perlu melakukan pelebaran jalan yang membuat rakyat kecil merana karena tempat tinggal mereka diratakan. Cukup dengan memberi satu orang satu pintu Doraemon, haha…Dengan semboyan “ ONE MAN, ONE DOOR.” Dengan begitu, tak ada lagi kemacetan.
Tak terasa, perjalanan yang lumayan panjang telah mengantarkan kami ke kota hujan. Terbukti ketika kami memasuki area kota Bogor, kami disambut dengan siraman hujan dari langit. Ketika kami bertanya pada seorang pedagang, apa setiap hari selalu hujan? Jawabannya justru katanya sudah tiga hari yang lalu panas terus dan tidak hujan. Ah…beruntunglah, Pak, kedatangan kami disini membawa berkah bagi penduduk Bogor. Haha…
Melangkah ke tujuan pertama yaitu Museum PETA. Kami disambut ramah oleh petugas museum tersebut. Ternyata selain kami, ada juga pengunjung lain yaitu anak-anak TK. Malunya kami ketika melihat anak-anak TK tersebut sangat mudah diatur. Namanya juga anak-anak…* ngeles mode on.
Anak TK tersebut dibimbing duluan untuk masuk ke dalam museum. Padahal yang datang kami duluan. Ya, sebagai anak SMA yang bijaksana, kami menerimanya dengan lapang dada ( jiaaahh…). Tapi tenang, pemandu museum tak membiarkan kami tinggal diam. Dia memberi kami penjelasan tentang relief-relief yang terdapat di dinding tepat terlihat ketika kami memasuki area museum tersebut tapi bukan di dalamnya.
Tak perlu menunggu lama untuk melihat bagian dalam meuseum tersebut karena anak-anak TK hanya melihat sebentar. Kami pun dipersilahkan memasuki museum. Di dalam museum, kami melihat ada banyak diorama yang terpajang. Dengan sabar, pemandu menjelaskan satu per satu diorama tersebut.
Perasaan kami campur aduk mendengar penjelasan pemandu kami. Antara terharu, bangga, kecewa dan geram dengan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Jepang. Di satu sisi, kami bangga menjadi bangsa Indonesia, kami bangga memiliki pahlawan-pahlawan yang rela menyerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk membebaskan bumi pertiwi dari cengkraman penjajah. Namun disisi lain kami malu, malu dengan generasi saat ini yang tidak menghargai jasa para pahlawan mereka dengan menindas sendiri rakyatnya. Sebagian pejabat-pejabat negri ini yang katanya berpendidikan tinggi namun rendah moral. Malu kami pada diri sendiri, yang tidak mengisi kemerdekaan bangsa kami dengan hal-hal yang positif. Malu kami pada mereka yang telah mengorbankan semuanya, sedangkan kami?? Apa yang sudah kami berikan untuk tanah air kami ini? Teringat kami akan perkataan seorang proklamator bahwa jangan tanyakan apa yang sudah Negara berikan untukmu? Tapi tanyakanlah pada dirimu, apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu?
Belum puas kami menyelami lika-liku perjuangan para pahlawan kami, kami harus segera berangkat menuju Istana Bogor. Sialnya, mobil kami diparkirkan agak jauh dari Istana, terlebih lagi cuaca hujan saat kami hendak berangkat menuju Istana Bogor. Tapi, dengan semangat ’45 kami tetap berjalan menuju istana. Tak mau kalah dengan semangat para pahlawan dahulu meski saat ini kondisinya berbeda. Dahulu, mereka berjuang melawan penjajah, tapi kini kami mempersiapkan diri dan ikut serta membangun masyarakat. ( kok jadi kayak bunyi Tri Satya sih?). letih tubuh dalam perjalanan, saat hujan dan badai merasuki badan. Namun jiwa harus tetap bertahan, karena jalan yang dillalui masih panjang.
Sesampainya kami di Istana Bogor, kami mendapat teguran dari bapak penjaga keamanan luar.
“ Kenapa gak nunggu sampai hujan berhenti?” tegurnya dengan nada kecewa.
Yee...si Bapak, mau nunggu sampai kapan? Lha wong hujannya tak kunjung henti. Lagipula kami hanya menjalankan titah suci dari guru agar tetap melanjutkan perjalanan karena kita harus komitmen pada jadwal yang telah dibuat.
Meski begitu, kami tetap disambut hangat oleh pemandu istana Bogor yang bernama Bapak Subagyo. Kami disambut di gedung sayap kiri. Disini beliau menjelaskan semua tentang Istana Bogor, dari mulai pertama kali dibangun, ruangan-ruangannya juga fungsi dari ruangan tersebut. Berikut penjelasan dari Bapak Subagyo.
Istana Bogor adalah salah satu dari enam Istana kepresidenan yang bernuansa romantic. Mempunyai sejarah tersendiri. Dahulu istana Bogor bernama Buitenzorg yang artinya “tanpa kekhawatiran”. Sejak tahun 1870-1942 Istana Bogor menjadi tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jendral Belanda dan 1 orang Jendral Inggris.
Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus tahun 1744 dan berbentuk tingkat tiga. Seiring waktu, perubahan istana ini dilakukan selama masa Gubernur Jendral Belanda ataupun Inggris( Herman William Daendels dan Sir Stamford Rafless). Luas halamannya mencapai 28.4 hektar dan luas bangunannya 14.892 m2. Istana Bogor mempunyai bangunan induk dengan sayap kiri dan sayap kanan. Keseluruhan kompleks istana mencapai luas 1,5 hektar.
Tahun 1968, Istana Bogor resmi dibuka untuk umum atas izin Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negri setahunnya mencapai 10.000 orang!
Kami akan mengajak kalian ikut serta ke ruangan-ruangan istana Bogor.
Gedung Induk
Terdiri dari beberapa ruangan yaitu:
-          Ruang Garuda: Berfungsi sebagai ruang resepsi. Disini juga terjadi pertemuan-pertemuan besar. Kenapa dinamakan ruang garuda? Karena kalian akan melihat dengan jelas sebuah patung burung garuda yang terpampang di dindingnya. Kalian dilarang memotret disini. Entah apa maksudnya padahal kami ingin sekali sekedar duduk-duduk di kursi yang melingkar di ruangan ini. Siapa tahu kami kecipratan pintarnya. Bukankan yang duduk disini adalah para pejabat-pejabat Negara?? Asal tidak kecipratan yang jelek-jeleknya saja.
-          Ruang Teratai: Dinamakan ruang teratai karena terpampang lukisan teratai di dinding ruangan ini. Berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu.
-          Ruang Film: Ruang ini mrnjadi ruang khusus memutar film pada masa kepresidenan Soekarno.
-          Ruang Makan: Dari namanya saja kita sudah menduga bahwa ruangan ini adalah ruangan makan.
-          Ruang kerja: Berfungsi sebagai tempat kerja Presiden Soekarno.
-          Ruang Perpustakaan: Berfungsi sebagai ruang baca Presien Soekarno.
-          Ruang Famili dan kamar tidur: Sebagai tempat/ ruang tunggu presiden jika akan mengikuti acara di ruang Garuda.
-          Ruang tunggu mentri: sebagai tempat para mentri menunggu jika mereka hendak mengikuti acara di ruang Garuda.
 Nah, di Istana Bogor juga kita menemukan sebuah keajaiban yang menakjubkan. Dimana disini ada “ Kaca Seribu” yang ketika kita berkaca, bayangan diri kita ada banyak. Jadi gak perlu kaget untuk yang belum tahu.

Ruang Utama Sayap Kiri.
Ruanagan ini adalah ruangan pertama kali kami disambut oleh Bapak Subagyo. Terdiri dari dua ruang. Di antaranya:
-          Ruang Panca Negara: Disinalah pernah berlangsung Konferensi Panca Negara/ Persiapan Konferensi Asia-Afrika di Bandung.
-          Ruang Tidur atau Ruang Tengah: Berfunsi sebagai tempat menginap presiden, tamu Negara, dan tamu agung lainnya. Jadi tidak perlu untuk menyewa hotel kalau ada tamu-tamu penting dating ke Negara kita. Setidaknya dapat mengurangi anggaran biaya Negara karena menyewa hotel dan fasilitas lainnya.

Ruang Utama Sayap Kanan
            Berfungsi sebagai tempat menginap para presiden sebagai tamu Negara dan tamu lainnnya.

Nah, selain menjelaskan tentang ruangan di Istana Bogor, Bapak Subagyo tidak lupa untuk menjelaskan tentang pernak-pernik yang terdapat di Istana Bogor. Istana Bogor memiliki 450 lukisan yang kebanyakan dilukis oleh pelukis Indonesia( Basuki Abdullah), Pelukis Rusia ( Makowski dan Ernest Dezentje).
Selain itu, terdapat 360 patung di istana ini. Banyak ya!
            Setelah puas berkeliling ruangan dalam istana, saatnya kami melihat luar istana. Ada danau yang luas, 850 rusa yang sedang memakan rumput sekitar Istana. Waahh…sepertinya mereka tak perlu susah-susah lagi memotong rumput karena ada rusa yang siap memakannya. Konon, rusa-rusa itu pertama kali didatangkan dari Nepal. Jadi itu alasannya kenapa Istana Bogor ini terkenal dengan suasana romantisnya. Sepertinya kami tak pernah puas untuk mengunjungi Istana Bogor ini. Ingin rasanya setiap hari bermain disini. Boleh juga buat main bola, laying-layang, galaxin, petak umpet, dan permainan tradisional lainnya.
Tapi apa daya, toh pada akhirnya kami harus tetap meninggalkan istana ini dengan berpose bersama. Cheers!
            Hujan sudah agak reda ketika kami meninggalkan Istana Bogor. Oya, kalian mau tau kenapa kita dilarang  mengambil gambar di sekitar area dalam Istana. Menurut Pak Bachtiar, salah satu penjaga Keamanan dalam. Kita dilarang memotret karena ada barang-barang di dalam istana tersebut yang bukan dinilai dari harganya, tapi dari sejarahnya. Selain itu, ada barang-barang yang sangat sensitive terhadap cahaya blitz yang jika terkena cahaya blitz maka akan melunturkan warna barang-barang tersebut. Jadi, gak perlu kesal atau marah-marah karena tidak bias eksis di dalam istana Bogor toh itu semua untuk kebaikan Negara kita tercinta.
Selanjutnya mari kita berkeliling di museum Zoology.
Kami harus kembali bersabar rupanya saat jalan menuju Museun Zoology karena lagi-lagi kami harus jalan jauh dari parkiran mobil menuju museum. Tak apa. Kami masih haus akan ilmu (semoga saja…).Hujan belum mau bersahanbat dengan kami. Dia masih saja mengguyur kami dengan teganya. Semoga hujan ini memberi kebermanfaatan.
Setelah menyusuri jalan, melayari samudra, merentas benua.halaah…sampailah kami di Kebun Raya Bogor. Kok kebun raya? Tenang sob, kami Menganut peribahasa sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui.hehe… Maksudnya sekali jalan dapat dua tempat. Ya, Museum Zoology ini ada di area Kebun Raya.
Huff…sepertinya kesabaran kami harus kembali di uji karena untuk sampai ke Museum Zoology kami harus berjalan beberapa meter. Ya sudahlah…
Singkat cerita, sampailah kami di Museum Zoology. Tidak seperti di Museum PETA dana Istana Bogor, disini tak ada pemandunya. Bukan todak ada, mungkin dia sedang ada urusan lain* husnuzhan di segala keadaan. Wkkz…tak apa, toh kita masih tetapmengetahui tentang museum tersebut. Oya sobat, kalian tahu kan museum zoology itu apa? Yaup! Seratuss buat jawabannya benar. Dari namanya saja kita sudah mengetahui bahwa museum ini adalah museum yang mengupas tentang binatang. Zoo yang artinya binatang. Logy atau logos yang artinya ilmu. Jadi museum yang di dalamnya mempelajari tentang ilmu kebinatangan (weizz…).
Semua jenis binatang yang di awetkan ada disini. Yaa..mirip-mirip dengan kebun binatang di Jakarta lah..Cuma bedanya kalau kebun binatang yang diperlihatkan adalah bintang aslinya sedangkan museum zoology hanya sekedar Replika binatang tersebut atau binatang yang sudah di awetkan. Tak terlalu menarik tapi sangat memberi kami pengetahuan baru karena ternyata masih banyak binatang-binatang di semesta ini yang belum kami ketahui yang akhirnya dapat kami ketahui disini.
Tentu saja bagian paling menarik adalah ketika kami berpose ria. Tentunya kami tak boleh melewatkan momen berharga untuk berpose bersama hewan-hewan yang belum tentu kami dapat berpose dengan hewan aslinya.
Karena sudah merasa capek dan muka agak kucel, kami harus melaksanakn sholat Zuhur di musollah yang berdekatan dengan museum tersebut. Sebelumnya kami sempat melihat tulang ikan paus yang dibentuk mengikuti tubuh ikan paus. Besarnya…jadi ingat kisah Nabi Yunus yang hidup di dalam perut ikan paus selama 3 hari. Subhanallah…
Ayo kita sholat Zuhur terlebih dahulu!
***
kami bersantai-santai agak lama di museum Zoology. Sekedar membeli makanan padahal sejam yang lalu kami sudah makan. Tak apa, apalagi hujan-hujan seperti ini kayaknnya enak kalau makan Pop Mie. Selamat makan!
***
Jam 14.30 kami dibebaskan untuk melihat-lihat sekeliling Kebun Raya Bogor dan harus kumpul di pintu keluar pukul 16.30. yuhuuu…senangnya. Akhirnya bebas juga dari pengawasan guru. Haha…
Sebagian besar dari kami berkeliling melintasi Kebun Raya. Suasana sepi karena selain saat itu bukan musim liburan, cuaca pun sedang gerimis. Lagi pula suasana yang seperti ini menebarkan hawa-hawa mistic bagi pengunjungnya.* lebay…
Di antara kami ada yang ikut ustad Zamroni berkeliling dengan mobilnya. Lumayan…daripada naik mobil bayar 15.000 mngelilingi Kebun Raya. Ada juga yang sedang ngerujak di tepian danau. Ternyata mereka membawa buah-buahan, sambel dan pisau dari rumah, kawan! Ckck…niat banget pengen ngerujak di Bogor. Padahal kan dilarang membawa benda tajam. Tenang, Pak, Bu…pisaunya gak tajam kok! Wkwkzz…
Sesuai perjanjian, pukul 16.30 kami harus sudah berada di pintu keluar setelah sebelumnya sholat Ashar terlebih dahulu. Untunglah bis kami sudah stand by, jadi kami tak perlu berjalan jauh lagi menuju tempat parkiran bis yang sangat jauh.
Dengan berat hati, kami meninggalkan kota Bogor yang penuh kenangan meski Cuma sehari.
***
Di perjalanan pulang kami tetap overaktif. Tak ada tanda-tanda kehabisan energi karena seharian bersenang-senang sambil hujan-hijanan di Kota Bogor. Seperti berangkat, aktivitas kami bermacam-macam di dalam bis. Ada yang belum puas bernarsis-narsis ria, ada yang duet bernyanyi, ada yang tidur karena kelelahan, ada juga yang sedang menatap jalan. Kami baru sadar, betapa kontrasnya perbedaan Bogor dengan Jakarta. Salah satunya adalah ketika kami melihat sepanjang jalan tol di kota Bogor, di tepian jalan tol tersebut adalah pepohonan yang rindang juga sawah pertanian. Sedangkan ketika kami sampai di Jakarta, sepanjang jalan tol terseut adalah gedung-gedung pencakar langit yang berlomba-lomba menampakkan kemewahan. Gaya gedungngnya yang angkuh menyimpan berjuta kesenjangan sosial. Rakyat atas, menengah dan bawah. Sangat kontras perbedaannya. Rakyat kelas atas yang hidup berlimpah harta juga rakyat kelas bawah yang tidurpun beratap langit dan hanya beralaskan Koran.
Bagaimanapun mereka menunggu hadirnya seorang pemimpin yang mampu membawa sebuah perubahan kepada yang lebih baik. Bukan begitu, kawan?
Ok! Perjalanan yang hanya sebentar namun penuh makna. Jalan yang kita tempuh tak berakhir disini, kawan. Tapi sangat panjang dan mungkin sangat melelahkan. Tetap cemungudh!! \^o^/


_Study tour report_



Tidak ada komentar:

Posting Komentar